Uji Kesuburan Tanah (Metode Pengamatan Komoditas Tanaman)
PRAKTIKUM KPKT ACARA 1
UJI KESUBURAN TANAH
Kesuburan Tanah adalah kemampuan
tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang
tersedia. Bentuk unsur hara tersedia adalah dalam bentuk ion yang dapat diserap
oleh tanaman yang tumbuh. Namun demikian, karena kandungan unsur hara dan
respon tanaman merupakan interaksi dari komponen kimia tanah serta kondisi
tanah yang mempengaruhi ketersediaan dan serapan unsur hara, maka sifat fisika,
sifat kimia, dab kesuburan tanah. Kesuburan tanah bersifat site specific dan core
specific, artinya tanah yang subur untuk suatu jenis tanaman belum tentu
untuk jenis tanaman lainnya (Handayanto et
al., 2017). Selain itu komposisi media tanam juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal tersebut karena kandungan unsur hara
dalam masing-masing komposisi media tanam berbeda-beda.
Menurut Dina (1994) cit Muthahara et al., (2018)., media tanam adalah tempat tinggal yang dapat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanama. Oleh karenanya media tanam harus
memenuhi berbagai persyaratan antara lain, mampu mengikat air dan unsurhara
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang
baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, tidak menjadi
sumber penyakit bagi tanaman, tidak mudah lapuk, mudah didapat dan harganya
relatif murah. Media tanam merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang
pertumbuhan tanaman, karena sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
dipasok melalui media tumbuh, selanjutnya diserap oleh akar dan digunakan untuk
pertumbuhan tanaman. Menurut Augustien
& Suhardjono, (2016) Terdapat
berbagai jenis media tanam dengan perbedaan kandungannya masing-masing,
diantaranya pasir, tanah, pupuk kandang, sekam padi, serbuk gergaji dan sabut
kelapa. Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur
yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi
tanaman. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesuburan tanah pada perlakuan
perbandingan komposisi media tanam yang berbeda-beda.
Praktikum Mandiri KPKT Acara 1 yang berjudul Uji Kesuburan Tanah telah
dilaksanakan pada hari Minggu, 27 September 2020 di Dusun Sanan Sendangarum
Mingggir Sleman DIY. Uji Kesuburan Tanah ini dilakukan dengan metode mengamati
pertumbuhan komoditas (menanam). Metode ini dilakukan dengan menanam salah satu
tanaman semusim pada polubag dengan perlakuan media tanam yang berbeda-beda.
Pengamatan dengan parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, dan panjang akar yang dilakukan selama 5 minggu dengan
diamati 1 minggu sekali. Media tanam yang digunakan memiliki perlakuan yang
berbeda dengan tanah sampel yang diambil dari dua lahan tegalan yang berbeda.
Berikut perlakuan yang digunakan pada praktikum ini :
Media tanam
disiapkan sesuai perlakuan dengan perbandingan
-
Perlakuan
1 = Tanah tegalan A, kompos, pasir (1:1:1)
-
Perlakuan
2 = Tanah tegalan A, kompos (2:1)
-
Perlakuan
3 = Tanah tegalan A
-
Perlakuan
4 = Tanah tegalan B, kompos, pasir (1:1:1)
-
Perlakuan
5 = Tanah tegalan B, kompos (2:1)
-
Perlakuan
6 = Tanah tegalan B
Gambar 1. Alat dan Bahan |
Gambar 2. Perlakuan Media Tanam |
Setelah media tanam disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam polybag lalu
diberi penanda pada setiap polybag.Tanah pada polybag dilubangi untuk
memasukkan benih yang sudah disiapkan. Kemudian benih dimasukkan pada setiap
lubang yang sudah dibuat lalu ditutup dengan tanah. Penyiraman dilakukan dua
kali sehari. Setiap minggu dilakukan pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun
selama lima minggu. Pada minggu ke 5 dilakukan pengamatan panjang akar. Hasil pengamatan
dan pembahasan tinggi tanamna, jumlah daun, serta panjang kar adalah sebagai
berikut :
Gambar 3. Grafik Rerata Tinggi Tanaman Cabai
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pada Tanah A dengan perlakuan Tanah : Kompos: Pasir (1:1:1) memiliki tinggi tanaman tertinggi dan pada perlakuan Tanah (1) memiliki tinggi tanaman terendah. Sedangkan pada Tanah B perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi dengan perlakuan Tanah : Kompos (2:1) dan tinggi tanaman terendah pada perlakuan Tanah (1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tanah A akan memiliki kesuburan dengan komposisi Tanah : Kompos : Pasir (1:1:1) sedangakan pada tanah B akan memiliki kesuburan dengan komposisi Tanah : Kompos (2:1).
Hal tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah yang ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi pada tanaman yang diamati. Menurut Syam (2003) cit Elpawati et al., (2015) Kompos merupakan salah satu pupuk organik yang digunakan pada pertanian untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan kompos dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan mikrobiologi tanah. Selain itu pada kompos memiliki kandungan unsur hara yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Pada penelitian yang dilakukan Elpawati et al., (2015) mengatakan bahwa sumber nitrogen dapat ditemukan pada bahan organik yang ada pada media tanam. Kekurangan nitrogen seringkali menghambat pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif. Selain dipengaruhi oleh ketersediaan hara, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh mikroorganisme yang ada pada media tanam. Semakin tinggi mikroorganisme yang diberikan pada media tanam, ini berarti jumlah mikroorganisme juga semakin banyak dan membutuhkan makanan. Selanjutnya, hasil penelitian Juniyati, et al (2016) menunjukkan bahwa kombinasi media tanam tanah, sekam, dan pupuk kandang meningkatkan bobot basah tanaman kangkung darat. Komposisi media tanam yang umumnya digunakan petani yaitu campuran tanah, pasir dan pupuk kandang. Adanya pasir dalam media tanam dapat digunakan sebagai aerasi yang baik. Selain itu penggunaan media pasir sebagai media tanam, dapat meningkatkan jumlah kolonisasi ektomikoriza (Febriani et al., 2017). Namun apabila pasir yang digunakan melebih maka akan membuat terlalu kehilangan banyak air. Hal tersebut karena sifat pasir yang berpori sehingga tidak mampu menampung air. Sebagai tambahan, dan juga cenderung memiliki kapasitas tukar kation yang rendah, sehingga unsur hara yang ada di tanah berpasir hilang dan dicuci lebih cepat. Karena memiliki pori-pori yang besar (makropori), pasir menjadi mudah basah dan mongering dengan cepat melalui proses penguapan (Rosalina et al., 2019).
Gambar 4. Grafik Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai |
Berdasarkan grafik rerata jumlah daun tanaman cabai diatas dapat diketahui bahwa setiap tanaman
pada perlakuan memiliki jumlah daun yang berbeda. Rerata tertinggi pada tanah A
terdapat di perlakuan Tanah : Kompos (2:1), sedangkan terendah pada komposisi
Tanah (1). Pada tanah B jumlah daun paling banyak terdapat pada komposisi Tnah
: Kompos : Pasir (1:1:1) sedangkan terendah pada Tanah (1). Dari kedua jenis
tanah yang berbeda, tanah A memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan
tanah B. hal tersebut dimungkinkan karena tanah A memiliki tingkat kesuburan
lebih tinggi dibandingkan tanah B. Selain itu,dapat diketahui pula bahwa pada
komposisi Tanah (1) pada kedua jenis tanah memiliki rerata jumlah daun paling
sedikit. Hal tersebut dimungkinkan karena tanamkan kekurangan air sehingga
dapat menyebabkan daun layu dan mati. Menurut Kurniawan et al., (2014) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi
kerdil,perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus
selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan
kemudianmati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun.
Pada setiap perlakuan
dengan jumlah daun berbeda diakibat adanya perbedaan penerimaan cahaya matahari
selama pertumbuhan tanaman saat pengamatan. Apabila tanaman kekurangan cahaya
matahri maka dapat mengganggu proses fotosintesis tumbuhan. Banyaknya cahaya
matahari yang diterima tanaman, maka tanaman tersebut akan memberikan respon
dengan memperbanyak jumlah helaian daun. Dengan bertambahnya jumlah helaian
daun maka semakin banyak pula karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman tersebut
dalam proses fotosintesis sehingga akan mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Selain itu pemberian bahan organik yang sesuai ke dalam
tanah dapat membantu aktifitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik
sumber nitrogen, sehingga tanah menjadi gembur, serta meningkatkan ketersedian
unsur hara nitrogen (Augustien dan Suhardjono, 2016). Pada pembentukan daun,
unsur N sangat berperan karena dapat meningkatkan proses fotosintesis yang
berpengaruh pada pembentukan helai daun.(Elpawati et al., 2015).
Gambar 5. Histogram Panjang Akar Tanaman Cabai |
Berdasarkan histogram rerata panjang akar tanaman cabai dapat diketahui bahwa rerata panjang akar tertinggi terdapat pada Tanah A dengan perlakuan Tanah : Kompos : Pasir (1:1:1) dan yang paling rendah terdapat pada komposisi Tanah (1). Sedangkan pada Tanah B perlakuan yang memiliki rerata panjang kar tertinggi pada perlakuan Tanah : Kompos (2:1) dan yang paling rendah adalah dengan perlakuan Tanah (1). Panjang akar yang tinggi dapat disebabkan karena porositas media tanam mendukung dalam pertumbuhan akar. Hal tersebut sesuai pada litelatur dalam Rahardiyanti (2015) cit Putri et al., (2018), mengatakan bahwa pasir dalam tanah memungkinkan adanya ruang pori yang mendukung perakaran/pertumbuhan akar. Pasir tersebut akan membuat tekstur menjadi kasar dan jumlah ruang pori makronya menjadi lebih besar. Panjang akar didukung adanya unsur hara yang cukup untuk membantub proses pertumbuhan akar. Apabila media tanam yang digunakan tidak memiliki nutrisi atau unsur hara yang cukup untuk disera oleh akar maka dapat membuat tanaman menjadi mati. Tanaman harus menyerap nutrisi dalam tanah dengan menyerap air melalui salah satu organnya yaitu akar dan menyerap nutrisi dari udara dengan menyerap karbondioksida melaluii daun, pada hakikatnya tanaman sangat membutuhkan nutrisi tersebut, akibatnya jika terjadi kekurangan maka bisa mengalami malnutrisi atau bahkan kematian (Augustien dan Suhardjono, 2016).
Gambar 6. Pengamatan 1 MST |
Gambar 7. Pengamatam 2MST |
Gambar 8. Pengamatan 3MST |
Gambar 9. Pengamatan 4MST |
Gambar 10. Pengamatan 5MST |
Gambar 11. Pengamatan Panjang Akar |
Augustien, N. K. & Suhardjono, H.
(2016). Peranan berbagai komposisi media tanam organik terhadaptanaman sawi
(Brassica juncea L.) di polybag. Agritrop: Jurnal IlmuIlmu Pertanian, 14(1),
54–58.
Elpawati, SY. K. S. S. D. Dara,
Dasumiati. 2015. Optimilasi penggunaan pupuk kompos dengan penambahan Effective Microorganism 10 (EM10) pada
produktivitas Tanaman Jagung (Zea Mays L.).
Jurnal Biologi 8 (2) : 77- 87.
Handayanto,
E. N. Muddarisna, dan A. Fiqri. 2017. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Universitas
Brawijaya. Malang.
Juniyati, T., Adam, A., & Patang.
(2016). Pengaruh komposisi media tanam organik arang sekam dan pupuk padat
kotoran sapi dengan tanah timbunan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian,
2, 9–15.
Kurniawan, B.A. S. Fajriani, dan
Ariffin. 2014. Pengaruh jumlah pemberian air terhadap respon pertubuhan dan
hasil tanaman tembakau (Nicotiana
tabaccum L.). Jurnal Produksi Tanaman 2 (1) : 59-64.
Muthahara, E. M. Baskara, dan N.
Herlina. 2018. Pengaruh jenid dan volume media tanam pada pertumbuhan tanaman
Markisa (Passiflora edulis Sims.).
Jurnal Produksi Tanaman 6 (1) : 101-108.
Putri, B. F. Y. Fakhrurrozi, dan S.
Rahayu. 2018. Pengaruh perbedaan jenis media tanam terhadap pertumbuhan setek Hoya coronaria berbunga kuning dari
kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Jurnal Penelitian Biologi, Botani,
Zoologi, dan Mikrobiologi 3 (1) : 20-28.
Rosalina, F. M.A.A. Gafur, I. Irnawati,
M. H. Soekamto, Z. Sangadji, dan M.S. Kahar. 2019. Ultization of compost and
zeolite as ameliorant on quartz sand planting Mmdia for Caisim (Brassica Juncea) plant growth. Journal
of Physics : 1-7
Komentar
Indian players can make more money online than any other country. The best online casinos in India offer slots, luckyclub.live table games, and blackjack. The main reason for this is