PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH
PRAKTIKUM KPKT ACARA 5
PROBLEMATIKA
KESUBURAN TANAH DI SEKITAR
Indonesia merupakan Negara agraris
karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat tentunya diimbangi dengan
peningkatan produktivitas tanaman. Kesuburan tannah merupakan salah satu faktor
penentu produktivitas tanaman. Tanah yang subur akan menghasilkan produktivitas
tanaman yang baik dan membuat tanaman tumbuh dengan optimal. Kesuburan Tanah
adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup
dalam bentuk yang tersedia. Bentuk unsur hara tersedia adalah dalam bentuk ion
yang dapat diserap oleh tanaman yang tumbuh. Namun demikian, karena kandungan
unsur hara dan respon tanaman merupakan interaksi dari komponen kimia tanah
serta kondisi tanah yang mempengaruhi ketersediaan dan serapan unsur hara, maka
sifat fisika, sifat kimia, dab kesuburan tanah. Kesuburan tanah bersifat site specific dan core specific, artinya tanah yang subur untuk suatu jenis tanaman
belum tentu untuk jenis tanaman lainnya (Handayanto et al., 2017).
Pada kesempatan kali ini untuk memenuhi tugas Praktikum Mandiri KPKT
Acara 5 yang berjudul Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar yang dilaksanakan
pada hari Minggu, 22 November 2020 di
Desa Sendangmulyo,
Minggir, Sleman, DIY. Saya berhasil mewawancara salah satu petani yang ada di Kecamatan Minggir, Sleman, Yogyakarta. Beliau
bernama Bapak Ahmad Zhucairy berusia 78 tahun. Bertahun-tahun menjadi
petani tentunya sudah memiliki banyak pengalaman di bidang pertanian. Beliau
menanam tanaman cabai di lahan dengan luas 1200 m2 dengan fisiografi
dataran dan topografi datar dengan altitute 119 meter serta landuse berupa tanah dan kedalaman air tanah > 700 meter. Tanaman cabai ditanam dengan jarak tanam 30 cm x
30 cm dan tanah diolah dengan cara ditraktor, dibajak, dan dicangkul. Pengolahan
tanah yang dilakukan oleh Bapak Ahmad termasuk maximum tillage. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk membuat tanah
menjadi lebih baik untuk ditanami. Pengolahan tanah untuk memperbaiki aerasi
tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Arsyad
(2001) cit Putra et al., (2017) mengatakan bahwa pada umumnya dalam
usaha tani tanaman pangan di lahan kering dilakukan olah tanah intensif sejak awal
tanam tanpa memanfaatkan sisa tanaman, yang disebut juga pengolahan tanah
konvensional atau pengolahan maksimum.
Dalam budidaya tanaman
cabai rawit ini beliau mengatakan bahwa lahan yang digarap sudah termasuk
subur. Tanah dengan tekstur pasir lempungan, warna cokelat kelabu kekuningan, struktur remah, dengan kelengasan tinggi dan kebatuan kecil. Selama ini tidak ada permasalahan yang serius lahan yang ditanami. Namun,
tanah yang dijadikan lahan budidaya memiliki pH tanah yang rendah sehingga
meggunakan dolomit untuk menetralkan keasaman sebagai solusi untuk pH tanah
yang rendah ini. Dolomit berasal dari endapan mineral sekunder yang banyak
mengandung unsur Ca dan Mg. Kandungan Ca dan Mg dalam media dolomit dapat
memperbaiki keasaman media serta meningkatkan ketersediaan unsur yang lain
misalnya Mo dan P (Wibowo, 1983 cit Pramita
et al., 2015). Selain itu, solusi
lain untuk meningkatkan pH tanah yaitu
dengan memberikan pupuk sesuai kebutuhan, memperbaiki drainase, tidak
menggunakan pupuk yang bersifat masam, dan menghilangkan gulma. Pemberian pupuk
harus sesuai kebutuhan karena tanah asam biasanya dikarenakan kekurangan unsur
hara penting seperti N, P, dan K. Kemudian, darinase juga diperbaiki karena
ketika tanah tergenang oleh air akan menyebabkan tanah memiliki pH rendah. Unsur
hara dalam tanah tidak dapat larut di dalam air. Pupuk yang bersifat masam
dapat menurunkan pH tanah sehingga membuat tanah tidak subur. Kemudian,
membersihkan gulma pada lahan budidaya agar mengurangi keasaman tanah. Saya melihat
bahwa lahan bapak Ahmad ini ditumbuhi gulma cukup banyak. Sebaiknya gulma
dibersihkan karena gulma merupakan tanda bahwa tanah memiliki pH rendah serta
gulma dapat menyerap unsur hara yang ditumbuhi tanaman. Menghilangkan gulma
dapat dengan cara manual yaitu mencabut gulma atau menggunakan herbisida.
Bapak Ahmad menggunakan pupuk anorganik
seperti pupuk Mutiara, pupuk Phonska, pupuk ZA, dan pupuk Petroganik, serta
pupuk organik seperti pupuk kandang. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang
mengandung senyawa anorganik. Menurut Abayomi et al (2014) penggunaan pupuk anorganik dapat menyebabkan hasil
panen yang tinggi. Namun, penggunaan pupuk anorganik ini dapat mengakibatkan
pencemaran tanah dan air setelah panen serta dapat membuat kerentaan penyakit. Selain
itu, pupuk anorganik yang berlebih dapat menyebabkan penurunan kandungan bahan organik,
peningkatan keasaman tanah, degradasi sifat fisik tanah, dan peningkatan erosi
karena ketidakstabilan agregat tanah. Salah satu cara untuk memelihara atau
meningkatan kesuburan tanah dapat dengan menjaga bahan organik melalui
penggunaan sumber pupuk organik. Oleh karena itu, bapak Ahmad menggunakan pupuk
organik agar tanah beliau tetap sumbur dan tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Pemanfaatan pupuk organik pada lahan pertanian berdampak positif terhadap
ketersedian hara, pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pupuk organik adalah
pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang
berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat
dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik,
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dewanto et al., 2013). Selain itu menurut Lingga (2008) cit Dewanto et al., (2013) Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur
tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di
dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian
pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya
cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun. Kemudian
dalam mendapatkan pupuk yang dibutuhkan beliau merasa tidak terlalu sulit. Hal tersebut
karena sudah ada banyak toko pertanian yang menjual pupuk di sekitar tempat
tinggal beliau. Selain itu, pupuk subsidi juga bisa diperoleh melalui KUD
setempat sehingga cukup mudah untuk diperoleh. Penurunan produktivitas tanaman
yang dibudidaya oleh beliau disebabkan karena adanya hama pathek dan ulat
grayak. Kedua hama ini mempengaruhi hasil cabai yang dipanen oleh beliau. Untuk
mengatasi hama ini dapat menggunakan pestisida sehingga dapat menekan jumlah
hama tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abayomi, O. A. A. and O. J. Adebayo. 2014. Effect of
fertilizer type on the growth and yield of Amaranthus
caudatus in Ilorin, Southern Guina, Savanna Zone of Nigeria. Hindawi
Publising Corporation Advances in Agriculture : 1-6
Dewanto, F. D. J. J. M. R. Londok, R. A. V. Tuturoong,
dan W. B. Kaunang. 2013. Pengaruh pemupukan anorganik dan organic terhadap
produksi tanaman jagung sebagai sumber pakan. Jurnal Zootek 32 (5) : 1-8.
Handayanto,
E. N. Muddarisna, dan A. Fiqri. 2017. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Universitas
Brawijaya. Malang.
Pramita,
I., Perianadi, dan Nurmiati. 2015. Pengaruh kapur dan dolomit terhadap
pertumbuhan Miselium dan produksi Jamur Kuping Hitam (Auricularia polythrica (Mont.) Sacc.). Online Jurnal of Natural
Science 4 (3) : 329 – 337.
Putra, R. Y. A. P, Sarno, D. Wiharso, dan A. Nirwati.
2017. Pengaruh pengolahan tanah dan aplikasi herbisida terhadap kandungan asam
humat pada tanah ultisol gedung meneng Bandar Lampurg. Jurnal Agrotek Tropika 5
(1) : 51 – 56.
DOKUMENTASI
Gambar 1. FotoBersama Narasumber |
Gambar 2. Tanaman Cabai Rawit |
Gambar 3. Lahan Budidaya |
Komentar